TOC (Training OF Coach) II Lampung merupakan kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia) propinsi Lampung. Lanjutan dari kegiatan yang sama sebelumnya yang telah dilaksanakan di Perguruan Al-kautsar pada bulan Desember 2016 yang lalu. Tujuan kegiatan TOC II ini adalah memberikan pemantapan materi bagi para calon trainer-trainer asal Lampung. Pada TOC I materi tentang sosialisasi penggunaan Samsung tab A8 dalam pembelajaran dipandu oleh Trainer IGI Pusat, pak Danang Hidayatullah. Dan beliau masih sebagai instruktur pada kegiatan TOC II. Pada TOC II paparan tentang pemantapan dan pengoptimalan penggunaan Samsung tab A8 di hari pertama, yaitu hari Sabtu tanggal 25 Februari 2017 dan kegiatan sagusablog (satu guru satu blog) di hari kedua, yaitu Minggu, 26 Februari 2017. Peserta TOC Lampung ini adalah guru-guru anggota IGI dan non anggota.
Kegiatan ini dirasa sangat besar manfaatnya oleh para peserta untuk pengembangan kompetensi profesional dan karir guru. Termasuk penulis pribadi sebagai peserta. Penulis selama ini hanya tahu tentang beberapa e-learning yang sudah populer seperti edmodo, moodle, schoology, quipper school atau e-lerning yang di produksi oleh microsoft dan google. Ternyata masih banyak jenis e-learning yang sudah publish di internet yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. salah satu aplikasi e-learning yang berbasis game sederhana adalah aplikasi "Kahoot" yang diperkenalkan oleh pak Danang Hidayatullah dalam TOC II Lampung.
Kahoot sangat
mudah untuk digunakan oleh guru dimanapun berada. Kahoot adalah quiz online yang dibuat sendiri oleh guru melalui aplikasi Kahoot yang dapat disearching di google. Guru perlu mendaftar dan memiliki
akun Kahoot secara gratis terlebih dahulu sebelum membuat quiz. Kahoot
menjadikan kelas menarik apabila murid menjawab quiz secara online dan siswa tetap online pada layout kahoot yang telah di download oleh siswa melalui google playstore. Siswamana yang dapat menjawab quiz dengan cepat dan benar akan dapat dilihat ada layout guru.
Cara mengoperasikan kahoot secara sederhana sebagai berikut!
Guru perlu membuka laman kuiz Kahoot terlebih dahulu.
Literasi sains diartikan sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia (Firman, 2007, hlm. 2). Definisi literasi sains ini
memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman
terhadap pengetahuan sains, tetapi kemampuan menerapkan sains dalam konteks
kehidupan nyata (Firman, 2007; Wulan, 2009, hlm 1). Sesuai dengan pandangan
Bybee dan BSCS (Shwartz et al, 2006,
hlm. 205) bahwa: Multidimensional
scientific literacy. This perspective of
scientific literacy incorporates an understanding of science that extends
beyond the concepts of scientific disciplines and procedures of scientific
investigation. It includes philosophical, historical, and social dimensions of
science and technology. Here students develop some understanding and
appreciation of science and technology regarding its relationship to their
daily lives.
Gbamanja (dalam Nkpolu-Oroworukwo, 2011, hlm. 444)mendefinisikan literasi
sains sebagaipengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan.Literasi sains adalah pengetahuan danpemahaman tentang
konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan seseorang untuk mengambil keputusan, berpartisipasi dalam budaya
lingkungannya dan produktifdalambidang
ekonomi. Gormally, C. et al. (2012, hlm. 364)berpendapat bahwa pendidik, ilmuwan, dan
pembuat kebijakan setuju bahwa pengembangan literasi sains siswa merupakan tujuan utama
dari pendidikan sains. Literasi sains telah didefinisikandalam berbagai cara,
yang semuanya menekankan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan ilmiah
dalam situasi dunia nyata.Menurut Hackling, M. W. (2002, hlm. 6) Kemampuan siswa dalam
literasi sains membantu mereka dalam mengenal dan memahami lingkungan sekitar mereka, terlibat dalam sains, dan dapat menginvestigasi pertanyaan dan
menggambarkan bukti berdasarkan kesimpulan.
Pemahaman siswa terhadap sains dan teknologi
sejak dini merupakan hal pokok dalam kesiapan mereka menghadapi kehidupan pada
masyarakat modern. Perannya di kehidupan modern dapat menjadi pemangku
kebijakan dalam era pemanfaat teknologi. Mereka dapat memegang kontrol penuh
untuk memanfaatkan sains teknologi dan mengetahui pengaruhnya terhadap
kehidupan mereka secara personal, sosial, profesional, dan global. (OECD, 2013,
hlm. 98).
Pendidikan di Amerika Serikat telah memperioritaskan
penelitian dan pengembangan STEM sebagai sebuah pendekatan baru yang dapat
diterapkan di sekolah untuk memperoleh lulusan kompetitif (Committee on Science, Engineering, and Public Policy dalam Milner,
2014, hlm. 642) . Pendidikan STEMsebagai salah satu cara membuat pembelajaran lebih terhubung dan relevan
bagi siswa. Pendidikan STEM mengarahkan siswa untuk untuk lebih baik dalam
memecahkan masalah, bersifat inovatif, berfikir logis, dan melek tekonologi
(Stohlmann, 2012, hlm. 29).
National Research and
Council(dalam Harwell, 2015, hlm 66) mengungkapkan bahwa
selama ini pembelajaran dan penilaian sains, teknologi, teknik, dan matematika
dilakukan secara terpisah di sekolah. Hal ini berimplikasi pada kurangnya
persiapan siswa mengkolaborasikan beberapa disiplin ilmu tersebut dalam
menyelesaikan permasalahannya di dunia nyata.Perkembangan teknologi dan informasi saat ini mengalami perkembangan
yang sangat cepat. Dimensi permasalahan yang dihadapi oleh manusia semakin
kompleks.Untuk menanggapiNew World of Work abad 21 sangatlah
penting untuk mengintegrasikan pendidikan STEM di sekolah. Menurut Roehrig
(dalam Harwell, 2015, hlm. 66) Pembelajaran dan penilaian berbasis STEM menggabungkandisiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, teknik, danmatematika. Integrasi ini
bertujuan untuk: (a) memperdalam pemahaman siswa terhadap konsep secara kontekstual ; (b) memperluas pemahaman siswa melalui paparan sosial
dan budaya pada konteks STEM yang relevan ; dan (c)
meningkatkan minat pada disiplin ilmu STEM dan meningkatkan motivasi
siswauntuk berkarir di bidang STEM. Seseorang yang memiliki
kepercayaan diri pada mata pelajaran matematika dan sains memiliki ketertarikan
untuk berkarir di Bidang STEM (Milner, 2014, hlm. 643).
Sumber:
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun
2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.
Wulan, A.R. (2009). Asesmen Literasi Sains. Makalah Team
Hibah Pasca Sarjana UPI. Bandung.
Swardz, Y., Zvi R.B., Hofstein, A. (2006). The use of scientific literacy taxonomy for
assessing the development of chemical literacy among high-school students. Chemistry Education Research
and Practice, 2006, 7 (4),
203-225.
Nkpolu-Oroworukwo, P. H. (2011). Improving
Scientific Literacy among Secondary School Students through Integration of
Information and Communication Technology. ARPN Journal of Science and
Technology. VOL. 2, NO. 5, June 2012.
Gormally, C., Brickman, P., & Lutz, M.
(2012). Developing a Test of Scientific Literacy Skills (TOSLS): measuring
undergraduates’ evaluation of scientific information and arguments. CBE-Life
Sciences Education, 11(4), 364-377.
Hackling, M. W. (2002). Assessment of Primary
Students Scientific Literacy. Investigating: Australian Primaryand Junior Science Journal,
18(3), 6-7.
OECD. (2013). PISA 2012 Assessment
and Analytical Framework Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and
Financial Literacy. OECD Publishing.
Harwell et
al. (2015). A Study of STEM Assessments in Engineering, Science, and
Mathematics for Elementary and Middle School Students. School Science and Mathematic. Vol 115 (2).
Milner, Diana I, et al. (2014). Development and Evaluationof STEM Interest andSelf-Efficacy Tests. Journal of Career Assessment. Vol. 22(4) 642-653